perkembangan anak usia sekolah
Makalah
Perkembangan pada Anak Usia Sekolah
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN MAGELANG
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara kodrati manusia selalu ingin
mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap tahapan umur. Baik tahapan
janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak
memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu serta
mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu
sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan
ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala
labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus
pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan
mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup
yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat
memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang
sesuai dengan umur mereka.
C. Tujuan
- Memahami pertumbuhan dan perkembangan individu.
- Memahami ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah.
- Memahami kriteria anak matang sekolah.
- Memahami tugas perkembangan pada masa anak sekolah.
- Memahami implikasi tugas perkembangan pada pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pertumbuhan
dan Perkembangan Individu
1.
Pengertian
Pertumbuhan
Pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam
perjalanan waktu tertentu.
Pertumbuhan
dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan
tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan.Hereditas merupakan totalitas karakteristik individu
yang diwariskan orangtua kepada anak, atau segala potensi (baik fisik
maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan
dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pertumbuhan
juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran
fisik yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi badan, ukuran
dimensi sel tubuh, dan umur tulang.
2.
Pengertian
Perkembangan
Menurut
Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan merupakan
pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur baik
dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut
Schneirla dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan adalah
perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini
dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan
progresif meliputi:
a.
Perkembangan fisik
Seiring perkembangan fisiknya yang beranjak matang,
maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkodinasi dengan baik. Setiap
gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai
dengan kelebihan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu,
usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan
dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik (komputer),
berenamg, main bola, dan atletik.
Perkembangan fisik
yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik
dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karaena itu, perkembangan
motorik sanagat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. Pada masa usia
sekolah dasar kematangan perkembangan motorik ini pada umumnya dicapainya,
karaena itu mereka sudah siap menerima pelajaran keterampilan.
Perkembangan fisik
atau motorik dapat di bagi menjadi dua yaitu :
1)
Motorik kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan menangkap, serta
menjaga keseimbangan, yang diperlukan dalam meningkatkan keterampilan
koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4 tahun, anak menyenangi
kegiatan fisik yang mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi, dan
usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah, anak
pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti balapan sepeda, atau kegiatan
lain yg mengandung bahaya.
Stimulasi motorik
kasar yang bisa dilakukan:
·
Bermain kasti, basket, dan bola kaki.
Kegiatan ini sangat
baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar
mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah
tim.
·
Berenang.
Manfaat dari kegiatan
ini sangat banyak karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun
mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun
keseimbangan tubuh.
·
Lompat jauh.
Manfaatnya hampir
sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak
mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak.
2) Motorik halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7 tahun, koordinasi gerakan
berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah mampu mengkoordinasikan
gerakan visual motorik, seperti mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan,
lengan dan tubuh secara bersamaan.
Stimulasi motorik halus:
·
Menggambar, melukis
dengan berbagai media.
·
Membuat kerajinan
dari tanah liat.
·
Membuat seni
kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain perca.
·
Bermain alat musik
seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.
·
Lari maraton mempunyai manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh,
hanya caranya yang berbeda.
·
Kegiatan outbound. Seperti halnya
berenang, maka dengan ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih.
Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan
kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan
antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.
b.
Perkembangan
kognitif
Perkembangan
kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan
berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk
berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan
konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut
Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam
berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip
tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang
mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki
rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari
informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang
dunia yang mereka hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka
pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka
pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya,
anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana
dunia bergerak.
3)
Anak
menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan
baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan
lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan
diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan
adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi
seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga
kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang
antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
c.
Perkembangan
bahasa
Anak
memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi
lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan
perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata
kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar,
menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak
kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area
utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari
bahasa untuk komunikasi.
·
Perkembangan
bicara
Berbicara
merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana
berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan
kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk
latihan verbal.
·
Minat
membaca
Proses
|
Uraian
|
Masalah Terkait
|
Bahasa resertif
Bahasa pengungkapan
|
Kemampun untuk mengerti susunan
yang kompleks, fungsi kata-kata (misal, jika, bila, hanya, kecuali),
perbedaan kata yang kecil, dan blok-blok bahasa yang diperluas (misal,
paragraf)
Kemampuan mengingat kembali kata-
kata yang diperlukan dengan liwes (kata menemukan) untuk mengendalikn arti
pada berbagai posisi dan akhir kata , untu menyusun paragraf dan cerita yang
mempunyai arti
|
Kesukaran mengikuti pengarahan,
perhatian yang mengembara selama pelajaran dan cerita, masalah-masalah
pnertian membaca, masalah- masalah hubungan dengan teman sebayanya.
Kesukaran mengungkapkan perasaan
dan menggunakan kata – kata untuk pertahanan diri, dengan akibat frustasi dan
tindakan fisik; berusaha selama “ waktu tertentu” dan pada subjek yang
berdasarkan bahasa (misal bahasa inggris )
|
Sampai
usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-ceritera
khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12
tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Dari
kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan kata dan tata bahasa
sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.
d.
Perkembangan
moral
Perkembangan
moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika
yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh
orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan
moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut
Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah berubah.
Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku.
Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi
anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah
dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan
anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang
disebut moralitas autonomous.
Kohlberg
menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi
pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap
peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan terhadap penilaian
baik-buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat
fisik suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi
harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang
berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat
langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap
ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan
adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip
yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang
yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang
bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.
e.
Perkembangan
Emosi
Emosi
memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga
dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock
menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan
masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira,
sedih, dan kasih sayang.
Ciri-ciri
emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
1) Emosi anak berlangsung relative
lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.
2) Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini
terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau gurau.
3) Emosi anak mudah berubah.
4) Emosi anak nampak berulang-ulang.
5) Respon emosi anak berbeda-beda.
6) Emosi anak dapat diketahui atau
dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
7) Emosi anak mengalami perubahan dalam
kekuatannya.
8) Perubahan dalam ungkapan-ungkapan
emosional.
f.
Perkembangan
sosial
Maksud
perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau
interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.
Perkembangan social anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
1) Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan
social anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak
memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok memberikan
peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan
sesame teman.
2) Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social
baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif membawa
dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial
lainnya.
B.
Masa
Perkembangan Usia Sekolah
Sejalan
dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia mengikuti pola
umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama dan tempo perkembangan.
Secara umum tahapan perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah
satunya pada usia sekolah.
1.
Ciri-ciri
khas peserta didik usia sekolah
Ciri-ciri
khas anak usia sekolah dasar
1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani
dan prestasi sekolah
2) Suka memuji diri sendiri
3) Kalau tidak dapat menyelesaikan
tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting
4) Suka membandingkan dirinya dengan
anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya
5) Suka meremehkan orang lain
6) Perhatiannya tertuju pada kehidupan
praktis sehari-hari
7) Ingin tahu, ingin belajar dan
realistis
8) Timbul minat kepada
pelajaran-pelajaran khusus
9) Anak memandang nilai sebagai ukuran
yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah
10) Anak-anak suka membentuk kelompok
sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri
dalam kelompoknya.
2.
Kematangan
sekolah
Kematangan
merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu
dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku
individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor
keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri
yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu.
Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan
penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan
jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan
biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan
lain-lain.
Kematangan
sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Usia anak
yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan
sekolah adalah :
1) Anak sudah dapat menangkap
masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti matematika dan angka-angka.
2) Anak sudah dapat menggambar dengan
lebih rapi.
3) Anak sudah dapat mandi sendiri,
berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mengikat tali sepatu serta
menyisir rambut dengan benar.
4) Anak sudah lebih mampu mengendalikan
tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya,
walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik
3.
Tugas
perkembangan
Pada masa
ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya. Anak sudah banyak bergaul
dengan orang-orang di luar rumah. Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai
dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh
lingkungannya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada
masa anak sekolah adalah
1) Belajar keterampilan fisik yang
diperlukan untuk bermain
2) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh,
mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya
4) Mulai mengembangkan peran social
pria atau wanita
5) Mengembangkan
keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
6) Mengembangkan pengertian-pengertian
yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan kata batin, moral dan
skala nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap
kelompok social dan lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi
Keberhasilan
dalam menyelesaikan tugas perkembangan ditentukan oleh lingkungan keluarga,
orang tua, orang-orang terdekat dalam keluarga dan guru di sekolah.
Tugas-tugas
perkembangan yang dipaparkan diatas, merupakan gambaran perwujudan kematangan
biologis dan psikologis individu, ekspektasi masyarakat dan tuntutan budaya dan
agama. Penuntasan tugas-tugas perkembangan tersebut tidak selalu berjalan
dengan mulus. Untuk mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut, beberapa upaya
yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu:
1) Menciptakan iklim religious yang
dapat memfasilitasi perkembangan kesadaran beragama, akhlak mulia, etika atau
karakter peserta didik. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana
peribadatan, memberikan contoh atau suri tauladan dalam melaksanakan ibadah,
dan berakhlak mulia, seperti menyangkut aspek kedisiplinan, ketertiban,
kebersihan, keindahan, kejujuran, dan tanggung jawab.
2) Membangun suasana sosio-emosional
yang kondusif bagi perkembangan keterampilan social dan kematangan emosi
peserta didik, seperti memelihara hubungan yang harmonis antara kepala sekolah
dengan guru-guru, guru dengan guru, siswa dengan siswa. Guru bersikap ramah dan
respek terhadap peserta didik, begitupun peserta didik kepada guru.
3) Membangun iklim intelektual yang
memfasilitasi perkembangan berpikir, nalar, dan kemampuan mengambil keputusan
yang baik. Penciptaan ilkim intelektual ini bias berlangsung dalam proses
pembelajaran di kelas (seperti guru menerapkan metode pembelajaran yang
variatif; menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan multimedia atau memanfaatkan
laboratorium secara efektif; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya,
dan mengemukakan pendapat atau gagasan); dan kegiatan kelompok-kelompok belajar
sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4) Mengoptimalkan program bimbingan dan
konselling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik, baik menyangkut
aspek pribadi, social, belajar/ akademik, maupun karier (sekolah lanjutan atau
dunia kerja).
4.
Implikasi
tugas perkembangan pada pendidikan
Pada masa
ini anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih
terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah
dialami. Meskipun sudah mampu berpikir logis, tetapi cara berpikir mereka masih
berorientasi pada kekinian. Baru pada masa remajalah anak dapat benar-benar
berpikir abstrak, membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai kemungkinan
dimana anak sudah mencapai tahapan berpikir operasi formal. Anak telah mampu
menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatan mental, mulailah
digunakan logika.
Pada masa
ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak mulai memperhatikan dan menerima
pandangan orang lain. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap social. Materi
pembicaraan mulai lebih ditunjukkan kepada lingkungan social, tidak pada
dirinya saja. Mampu mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau
lebih kelompok yang berbeda. Anak mampu mengklasifikasikan objek menurut
beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan suatu
dimensi.
Mulai
timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir
dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Mengalami kemajuan dalam
pengembangan konsep. Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Oleh
sebab itu, guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan
mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pertumbuhan adalah perubahan fisik
yang bersifat kuantitatif.
Perkembangan
adalah perubahan psikologi yang bersifat kualitatif. Aspek-aspek perkembangan meliputi
perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan
moral, perkembangan emosi dan perkembangan sosial
Ciri-ciri khas anak usia sekolah,
yaitu
·
Emosi
masih labil
·Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
·Suka membandingkan dirinya dengan orang lain
·Menganggap sesuatu tidak penting
Kematangan sekolah
Kematangan
sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Kriteria /
kategori kematangan sekolah adalah :
·
Anak
dapat menangkap masalah
·
Anak
dapat menggambar dengan rapi
·
Anak
sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari
Tugas perkembangan meliputi,
·
Adanya
kematangan fisik tertentu pada periode perkembangan tertentu
·
Adanya
dorongan cita-cita psikologis manusia yang mengalami perkembangan itu sendiri,
·
Adanya
tuntutan kultural dari masyarakat sekitar
Implikasi tugas perkembangan pada
pendidikan
Anak mampu
berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada
hal-hal yang sifatnya konkret. Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang,
luas dan besar. Anak dapat berpikir dari banyak arah atau dimensi pada satu
objek. Sehingga guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh
siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.
DAFTAR
PUSTAKA
Kliegman, M Robert,dkk .1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol :1.
Jakarta : EGC
Dharma,
Agus &Andryantao, Michael (2010) Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Saputra,
Lyndon (TT) Pengantar Psikologi.Batam:
Interaksa.
Yusuf, Syamsu, (2009) Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Hidayati, Wiji & Purnami, Sri (2008) Psikologi
Perkembangan,Yogyakarta: Teras.
Komentar
Posting Komentar